Sabtu, 12 Juni 2010

Metode Diskusi (discussion method)


Diskusi, sebernanya merupakan perluasan metode tanya jawab dan bisa di definisikan sebagai pembicaraan yang memiliki tujuan tertentu, pembicaraan secara berkelompok, yang terjadi dari atas minimal dua orang, yaitu untuk membahas suatu topik.

Diskusi pada dasarnya ialah tukar-menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama secara lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan danmengambil keputusan bersama. Metode ini sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah.

Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompik dan resitasi bersama. Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh perserta pelatihan atau sejumlah peserta didik yang diatur dalam diskusi, dalam setiap bentuk kelompok-kelompok.

Macam-macam Metode Diskusi, Antara lain:
  1. Metode Riuh Bicara / Buzz Group adalah metode diskusi informal dalam kelompok kecil antara 3 sampai 5 orang untuk membicarakan masalah yang sederhana, dalam waktu terbatas, untuk mendapatkan kemungkinan pemecahan masalah. dalam diskusi ini tidak ada yang menjadi pemimpin dan peseta dapat berbisaca secara bebas, artinya tidak perlu diatur.
  2. Metode Meja Bundar adalah metode diskusi awal dalam suatu kelompok kecil, untuk menyamakan pemahaman peserta tentang pokok masalah/topik diskusi.
  3. Metode Urun Pendapat/ Brainstorming adalah metode pencurahan gagasan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat. jumlah peserta antara 7 sampai dengan 10 orang, dengan persoalan yang dilantarkan hadur sudah diketahui dan mudah permecahannya. Istilah yang relatif harus diperkenalkan dalam metode pendidikan orang dewasa adalah curah gagasan / curah pendapat / brainstorming.
  4. Metode Diskusi Panel adalah metode diskusi yang di pimpin seseorang moderator dengan pembicara (panelis) lebih dari seorang yang membawakan makalahnya dan memberikan kesempatan peserta ikut membahasnya.


Beberapa kelebihan dari metode diskusi, antara lain:
  1. Menyadarkan siswa bahwa masalah dapat dipecahkan dengan menggunakan berbagai jalan.
  2. menyadarkan siswa bahwa berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
  3. membiasakan siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda degnan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran.
Adapun kelemahan yang dimilik oleh metode diskusi ini, yaitu :
  1. Tidak dapat dipakai pada kelompok besar.
  2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
  3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
  4. Biasanya orang lain menghendaki pendekatan lebih formal

Metode Ceramah (preaching method)


Menurut Muhibbin Syah, (2000) Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

Metode Ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efekti dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

Beberapa kelebihan metode ceramah, antara lain :

  1. Guru mudah menguasai kelas.
  2. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
  3. Dapat diikuti anak didi dalam jumlah besar.
  4. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Adapun, kelemahan dari metode ceramah, antara lain :

  1. Membuat siswa pasif
  2. Mengandung usuw paksaan kepada siswa
  3. Mengandung daya kritis siwa (Daradjat,1985)
  4. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
  5. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
  6. kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
  7. Bila terlalu lama membosankan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Metakognitif

Secara harfiah, Metakogniti bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesabadar berfikir, berfikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berfikirnya, yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terfikir serta berpikir dampak sebagai akitbat dari buah pikiran terdahulu. Sharples & Mathew (1998) mengemukakan pendapat bahwametakognitif dapat dimanfaatkan untuk menerapkan pola pikir pada situasi lain yang dihadapi.

kemampuan metakognitif setiap individu akan berlaina, tergantung dari variabel meta kognitif, yaitu kondisi individu, kompleksitas, pengetahuan, pengalam, manfaat, dan strategi berpikir. Holler, dkk. (2002) mengemukakan bahwa aktivitas metakognitid tergantung pada kesadaran individu, dan regulasi.

Komponen meta kognitif menurut Sharples & Mathew ada 7, antara lain :
  1. Refleksi Kognitif
  2. Strategi
  3. Prediksi
  4. Koneksi
  5. Pertanyaan
  6. bantuan
  7. Aplikasi
Komponen meta kognitif menurut Holler ada 3, yaitu:
  1. Kesadaran
  2. Monitoring
  3. Regulasi
Metakognitif bisa digolongkan pada kemampuan kognitif tinggi karena memuat unsur analisis, sintesis dan evaluasi sebagai cikal bakal tumbuh kembangnya kemampuan inkuiri dan kreativitas. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran semestinya membiasakan siswa untuk melatih kemampuan metakognitif ini, tidak hanya berpikir sepintas dengan makna yang dangkal.




Kecerdasan Ganda

Goldman (2005) mengemukakan bahwa struktur otak, sebagai instrumen kecerdasan, terbagi menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan. kecerdasan intelektual mengalir-bergerak (flow) antara kebosanan bila tuntutan pemikiran rendah dan kecemasan bila terjadi tuntutan banyak. Bila terjadi kebosanan otak akan mengisinya dengan aktivitas lain, jika positif akan mengembangkan penalaran akan tetapi jika diisi dengan aktivitas negatif, misalnya kenakalan atau melamun, inilah yang disebut dengan sia-sia atau mubazir (at tabadziru minasysyaithon).

sebaiknya jika tuntutan kerja otak tinggi akan terjadi kecemasan-kelelahan. kondisi ini akan bisa dinetralisir dengan relaksasi melalui penciptaan siuasana kondusif, misalnya keramahan, kelembutan, senyum, tertawa, suasana nyaman dan menyenangkan, atau meditasi keheningan dengan prinsip kepasrahan kepada san pencipta. dengan demikian aktivitas otak kiri semestinya dibarengi dengan aktivitas otak kanan.

Sel syaraf dapa otak kiri berfungsi sebagai alat kecerdasan yang sifatnya logis, sekuensial, linier, rasional, teratur, verbal, realitas, ide, abstrak dan simbolik. Sedangkan sela syaraf otak kanan berkaitan dengan kecerdasan yang sifatnya acak, intuitif, holistic, emosional, kesadaran diri, spesial, musik dan kreatifitas. penting untuk diketahui bahwa kecerdasan intelektual berkontribusi untuk sukses individu sebesar 20 % sedangkan kecerdasan emosional sebesar 40 %, siswanya sebanyak 40 % dipengaruhi oleh hal lainy

Ary Ginanjar (2002) dan Jalaludin Rahmat (2006) mengungkapkan kecerdasan ketiga, yaitu kecerdasan spiritual (nurani-keyakinan) atau kecerdasan fitrah yang berkenaan dengan nilai-nilai kehidupan beragama. sebagai orang beragama, kita semestinya berkeyakinan tinggi terhadap kecerdasan ini, bukankah ada ikhtiar dan ada pula taqdir, ada do'a sebagai permintaan dan harapan, dan ibadah lainya. Bukankah ketentraman individu karena keyakiann beragama ini.

Garner (1983) mengemukakan tentang kecerdasan ganda yang bersifat multi dengan akronim Slim n Bill, yaitu Spacial-Visual, Linguistic-Verbal, Interpersonal-communication, Musical-Rithmic, Natural, Body-Kinestic, Intrapersonal-reflective, Logic-Thinking-Reasoning.

Peta Pikiran

Buzan (1993) mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengeolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengarkan tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisal satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap.

Contoh, Jika dalam pikiran kita ada kata (konsep) BAJURI, maka akan terkait dengan kata lain secara fungsional seperti gemuk, supir bajay, kocak sederhana, atau kepada tokoh lain seperti Oneng, Ema, Ucup, Hindun, dan lain-lain dengan masing-masing karakternya.

selanjutnya Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. produknya berupa PETA KONSEP. dengan demikian belajar akan efektif dengan cara membuat catatan kreatif yang merupakan peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewatkan dan kaitan fungsionalnya jelas. sengan demikian konsep mendapat retensi yang kuat dalam pikiran, mudah diingat dan diembangkan pada konsep lainya.

Kemampuan otak manusia dapat memproses informasi berupa bahasa sebanyak 600 - 800 kata /menit. dengan kemapuan otak seperti itu dibandingkan degnan kemampuan komputer sangat tinggi. Jika benar-benar di manfaatkan secara optimal, setiap kesempatan dapat dimandaatkan secara optimal, setiap kesempatan dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran diri dalam segala hal. Hanya sayang banyak orang yang mengabaikannya atau digunakan untuk hal-hal yang kutang bermanfaat untuk peningkatan kualitas diri, misalnya berangan-angan, mengahayal, menonton, mengoblol atau bercanda tanpa makna.

Model-model Belajar

Model-model belajar yang dimaksud pada judul ini adalah berbagai cara atau gaya belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari-hari antara sesama temannya atau orang yang lebih tua.

Dengan memahami model-model belajar ini, diharapkan para guru dapat mendidik siswa secara efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif. ada berbagai model belajar yang akan dibahas, yaitu :
  1. Peta Pikiran
  2. Kecerdasan ganda
  3. Metakognitif
  4. Komunikasi
  5. Kebermaknaan Belajar
  6. Kontruksivisme
  7. Prinsip Belajar Aktif
secara terperinci akan ada penjelasan lebih mendetail , akan tetapi sajian yang dikemukakan pengantanya berupa pengertiann dan rasional serta sintaks (prosedur) yang sifatnya prinsif, modifikasinya diserahkan kepada guru untuk melakukan penyesuaian untuk mengasah kreativitas para guru.

Kamis, 10 Juni 2010

Pendekatan Pembelajaran Konstektual

Pendekatan pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran renrang belajar dilihat dari proses transfer belajar dan lingkungan belajar. Dilihat dari proses belajar tidak hanya sekedar menghapal.

Dari transfer belajar, siswa bisa belajar dan mengalami sendiri, buan pemberian dari orang lain. dan dilihar dari lingkungan belajar, bahwa belajar efektid itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.

Pembelajaran konstektual (contextual learning) merupakan upaya pendidik untuk menghubngkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata perserta didik dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggora keluarga dan masyarakat.

Dalam penerapan pembelajaran kontekstual tidak lepas dari landasan filosofinya, yaitu aliran konstrukvisme. Aliran ini melihat pengalaman langsung peserta didik (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.

Karakteristik model pembelajaran konstektual dalam penerapannya di kelas, antara lain :
  1. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
  2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling mengkoreksi.
  3. Pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan nyata atau masalah.
  4. Perilaku di bangun atas kesadaran diri.
  5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
  6. Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan.
  7. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni peserta didik diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata.
Komponen-komponen pembelajaran kontekstual. Peranan pendekatan pembelajaran kontekstual di kelas dapat didasarkan pada tujuh komponen, yaitu :
  1. Konstruvisme [ landasan berfikir ]
  2. Inquiry [ Pencairan ]
  3. Questioning [ Bertanya ]
  4. Learning community [ masyarakat belajar ]
  5. Modelling [ Pemodelan ]
  6. Reflektion [ Refleksi ]
  7. Authentic Assassment [Penilaian yang sebenarnya]